Rabu, 24 September 2014

Introspeksi dulu sebelum mengeluh karena banjir!!

Setelah melihat keadaan yang terjadi dan mengingat kembali obrolan salah seorang pengunjung jakarta di warung saya di kampung tahun lalu, agaknya tangan saya mulai gatal untuk menulis tentang ini.

Hari ini hujan lebat mengguyur kota padang. Dan tak ayal lagi banyak yang mengatakan "Aah banjir lagi, banjir lagi. Pemerintah ini gimana sih? Urusan jalan sama irigasi itu dibenerin dong. Masa' banjir terus" -begitulah saya tutur kembali ke dalam bahasa indonesia agar banyak yang ngerti-. Lantas saya berpikir, begini ceritanya jalan pikiran saya.

Dalam perencanaan bangunan, telah diputuskan bahwa bangunan itu harus dibangun sekitar 1,5 meter minimal dari garis tepi jalan. Ingat, ini namanya garis sempadan bangunan. Dimana walaupun tanah yang dimiliki itu sampai ke tepi jalan, namun untuk membangun sebuah bangunan, pagar harus berjarak 1,5 meter minimal dari tepi jalan. 

Lalu, untuk sebuah bangunan ideal yang cocok untuk iklim tropis Indonesia yang sering turun hujan, maka sebelum membangun, pastikan bahwa bangunan itu lantainya setidaknya ditinggikan 30-50 cm dari muka tanah. Hal ini bertujuan agar jika banjir, rumah akan aman dan tidak kemasukan air. Kalau perlu ya lantainya ditinggiin sampe 1 meter biar aman. XD

Trus hal yang sampe sekarang membuat bingung yakninya adalah masalah irigasi. Untuk irigasi, di setiap rumah yang akan dibangun harus mempertimbangan adanya irigasi yang cukup agar nantinya sirkulasi air berjalan lancar. Namun apa yang kita lihat? Saluran irigasi yang terdapat di depan rumah atau bangunan dipenuhi oleh sampah rumah tangga -karena kebanyakan penduduk memanfaatkan selokan untuk membuang sampah, fakta kan?-. Dan saluran irigasi ini seharusnya berada 1 meter di bawah muka jalan. Artinya, saluran irigasi tidak terletak sejajar dengan muka jalan, namun saluran ini terletak di bawah muka jalan, digali dulu areal di sekitar jalan yang akan dibangun trus ditimbun. Itu idealnya.

Dari banyak hal di atas, apa korelasinya dengan banjir? Yuk simak satu-satu.

Garis sempadan bangunan yang berjarak 1,5 meter dari tepi jalan itu udah aturan pemerintah guna menertibkan bangunan. Selain dari segi estetikanya, garis sempadan ini juga berfungsi untuk pengamanan pada bangunan apabila suatu hari nanti terjadi bencana yang berkaitan dengan jalan, semisal banjir. Dan garis ini kebanyakan berfungsi sebagai trotoar jalan, tempat buat pejalan kaki itu lo. Di kota besar dan kota yang saluran irigasinya bagus, trotoar ini dimanfaatkan untuk; pertama ya trotoar, dan coba deh perhatiin di bawah trotoar itu ada saluran irigasi. Nah kalau garis sempadan ini diabaikan, ya itu! Banjir kan bisa aja terjadi dan langsung mengalir ke rumah.

Trus, kita lihat di opsi kedua. Masalah tinggi lantai bangunan yang ditinggikan sekitar 30-50 cm dari muka tanah. fungsinya agar kalau terjadi banjir, airnya ini gak masuk rumah. Kebayangkan? Kalau semisal ada banjir yang gak terlalu tinggi ya airnya gak masuk ke rumah. Aman. 

Nah, bagaimana dengan banjir yang tingginya itu sampe 1 atau bahkan 2 meter itu?

Itu hubungannya sama opsi ketiga. Yakninya masalah irigasi. Selain membangun saluran irigasi 1 meter di bawah muka jalan, tiap-tiap kota ataupun kabupaten pasti memiliki saluran irigasi terpusat seperti kalau di jakarta waduk gitu. Kalau di sini kita kenal namanya "Banda Gadang", di Lampung namanya "Ciling". Bener kan? Fungsinya apa? Agar air yang berasal dari selokan-selokan bawah tanah itu dapat mengalir lancar ke pusat air seperti danau, sungai, bahkan laut. Namun selokan -saluran irigasi- bahkan saluran terpusat -seperti sungai,- yang ada di sini malah dipenuhi sampah. Kebayangkan kalau isinya sampah, air mau lewat kemana coba? Apa bisa itu air lewat padahal saluran mereka kesumbat. Jadi pilihan mereka ya menguap dan malah memenuhi badan jalan dan perkampungan. Banjir kan?

Dan yang saya lihat disini juga ya itu, adanya jalan yang tidak rata. Seharusnya ya, jalan itu rata. Gak ada yang cukam ke tanah, dan gak ada yang menggunduk melawan gravitasi. Oke, kalau ada yang ngebantah bahwa setiap tahun jalan mengalami penurunan karena memang sifatnya tanah seperti itu. Bergerak dan gak stabil. Pasti ada penurunan muka tanah. Namun, ya ituuuuu. Setidaknya 3 aspek utama di atas dapat menjadi pertimbangan bagi kita agar introspeksi diri sebelum mengeluh karena banjir. Dan buat yang mau ngebangun rumah atau mau ngebeli rumah, setidaknya  garis sempadan, tinggi lantai dari muka tanah, dan saluran irigasi patut dipertimbangkan. 

Agar bangunan yang anda huni itu aman dari banjir. Dan gak mengeluh nantinya. Pikirkan, bahwa Tuhan gak pernah mau kok ngasih banjir ke kita. Namun kita sendiri lah yang menciptakan banjir itu. Makanya introspeksi dulu sebelum mengeluh.

Sekian, semoga menginspirasi. Silahkan share apabila bermanfaat. :)

Minggu, 14 September 2014

Sajak Pohon

Sejenak ingin ku menjelma menjadi sebatang pohon.Rimbun. Memberi arti bagi sekitar.Rimbun. Bermanfaat. Bukan sebagai parasit.
Ini bukan pandangan skeptis semata.Ini bukan omong kosong.Ini realita.
Tak tampakkah bagi kalian sang pohon itu tak pernah menjadi parasit?Dialah yang menjadi inang.Selalu berarti bagi sekitar.
Mereka tak pernah mengeluh.Bahkan ketika tubuh mereka mulai menua.Tak ada keluh kesah.

Tak tampakkah bagi kalian sang pohon itu tak pernah menghujat walau keadaan memaksa?Mereka akan selalu memberi asupan oksigen untuk kita bernafas.Hingga akhir hidup mereka.
Hingga dedaunan pada tubuh mereka mulai gugur.
Dengan pengorbanan seperti ini masihkah kita pantas untuk memaksa? Menghujat? Menganiaya mereka yang berkorban menghidupimu?Mereka alat Tuhan bagimu untuk mampu bernafas.
Tanpa mereka apa jadinya hidup ini?Relakah kalian melihat mereka satu persatu musnah? Hingga tak ada lagi oksigen yang dihasilkan mereka?Relakah? Mari kita bermenung.


Menghadirkan siluet indah