Kamis, 15 September 2016

Festival Siti Nurbaya 2016: Edukasi Adat Istiadat Minangkabau



Assalamu'alaikum wr. wb.
Kembali lagi. Nulis lagi. Event lagi.

  
Batabuah nan maresmikan.

Setelah beberapa minggu yang lalu saya menghadiri 2 hari full event jejepangan terbesar di kota Padang yaitu Ai Matsuri 2016 (27-28 Agustus), saya berkesempatan lagi untuk menghadiri selama 4 hari penuh salah satu event seni dan budaya Sumatera Barat terbesar di kota ini yakninya Festival Siti Nurbaya 2016. Festival Siti Nurbaya 2016 diadakan pada tanggal 7 hingga 10 September 2016, kali ini berlokasi di Taman Muaro Lasak, Pantai Padang. Dan hingga tulisan ini diterbitkan, kurang lebih setelah 5 hari berlalu sejak event tersebut berakhir, namun saya masih excited sama event ini.
Seperti namanya, Festival Siti Nurbaya secara kias mengingatkan kita kepada salah satu legenda di Kota Padang, yaitu Legenda Siti Nurbaya. Makanya, kalau kamu sempat hadir di event ini kemarin, bakal ngedenger lagu Siti Nurbaya yang diputar berulang-ulang.


Untuak latihan, bialah adiak mangukua karambia tradisional mode ko uda, bia nak sanang lo uda.

Hasil lomba manggiliang lado.

Dibuka pada tanggal 7 September 2016, banyak sekali perlombaan yang digelar seperti lomba Selaju Sampan, Mangukua Karambia, Lomba Tarompa Tampuruang, Manggiliang Lado, Maelo Pukek, dan masih banyak lagi. Bisa dilihat langsung di situs resmi Festival Siti Nurbaya 2016.

Maka, dari sekian banyak acara, apa yang ngebuat saya excited hingga sekarang?


Nonton basamo film "Salisiah Adaik".
Adalah perputaran film Salisiah Adaik yang sontak ngebuat saya kagum. Film yang disutradarai oleh Ferdinand Almi ini sukses membuat malam 7 September Taman Muaro Lasak berbinar-binar. Stage penuh dengan orang yang menonton, hingga meluber sampai ke jalan. Ketek-ketek, gadang-tangguang, sampai nan gaek-gaek, jadi ciek jiwa kutiko manonton film ko sanak, jiwa anak mudo kasadoalah e sanak. 


Sinopsis
Lain lubuak lain ikannyo lain ladang ilalang minang kabau terkenal memiliki tradisi yang berbeda di daerah masing masing. Muslim lelaki pariaman yang berumur 28 tahun dan berprofesi sebagai tukang emas. Muslim dipindahkan ke payakumbuh untuk menggantikan karyawan ajo amaik yang pulang kampung. Sesampai di payakumbuh, perbedaan bahasa membuat muslim mendapat musuh ketika penyalah artian bahasa di daerah masing masing. Tak lama muslim pun menemukan ros, gadis payakumbuh yang membuat muslim jatuh hati dan berniat untuk menikahi wanita tersebut. Muslim pun mendekati ros dan sampai akirnya mendapatkan hati ros. Perbedaan tradisi membuat kisah percintaannya pun di tentang oleh keluarga dan orang orang kampung. Kedua orang tua ros pun tak mau merestui hubungan antara ros dan muslim. Mengetahui hubungan muslim dan ros kedua orang tua muslim pun mulai memberikan perlawan dengan tradisinya. Sampai pada akirnya pertentangan mamak mamak ros dan muslim pun terjadi untuk membahas tradisi yang pakai oleh mereka. 

STORY By : FERDINAND ALMI
WRITTER By : WINDA FJ
D.O.P By : TEDDI DELVIAN RICKO
EDITOR By : OJIE PAJIX & HAFFIS
DIRECTOR By : FERDINAND ALMI
Babaju adaik nan mambanggakan.
Film ini mengingatkan kita kembali kepada pepatah lama yang mengingatkan, mengedukasi kembali bahwa terdapat 4 jenis adat yang ada di Minangkabau yaitu :
1. Adat nan sabana Adat
2. Adat nan diadatkan oleh nenek moyang.

     - Kedua jenis Adat pada 1 dan 2 hukumnya babuhua mati (tidak boleh dirobah-robah walau dengan musyawarah mufakat sekalipun ).
3. Adat teradat.
4. Adat Istiadat.

    -Kedua jenis Adat pada 3 dan 4 hukumnya babuhua sentak (boleh dirobah-robah asal dengan melalui musyawarah mufakat).
Makanya dalam kasus film ini, adat pernikahan dengan adat berbeda ini dapat diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat selayaknya kekeluargaan karena adat pernikahan termasuk kepada adat istiadat. So, jikok sanak bujang piaman buliah mah nikah jo gadih pikumbuah. hehe Tidak salah kalau panitia memutar film ini karena sebagai Ikon Event Budaya di Kota Padang, sudah seharusnya mengingatkan serta mengedukasikan kembali adat istiadat Minang kepada generasi muda, generasi tua, hingga lanjut usia.

Udah? Itu saja? NO!!



Karnaval


Karnaval

Karnaval yang diikuti lembaga pemerintahan, sekolah, dan umum di hari pertama, penampilan seni drama Siti Nurbaya, Sepak Rago, Selaju Sampan secara tidak langsung merupakan magnet utama dari Festival ini. Karena, salah satu tujuan diadakannya festival ini adalah menjadikan Festival Siti Nurbaya Sebagai Ikon Event Budaya Padang. Tentu menggalakkan kembali kesenian anak nagari adalah tujuan lain diadakannya festival ini. Sebagaimana lomba Selaju Sampan yang sempat hilang, dan tahun ini adalah kali kedua Selaju Sampan diadakan kembali di Kota Padang. Begitu pula dengan perlombaan anak nagari lainnya yang bertujuan untuk menggalakkan, mempromosikan kembali, dan menanamkan pemahaman bahwa Sumatera Barat memiliki permainan anak nagari yang patut dilestarikan. Bukan hanya sekedar untuk diketahui, namun juga untuk dilestarikan. Minangkan Indonesia!!
Selaju Sampan
Selaju sampan, atau dalam Bahasa Indonesia artinya balap dayung sampan. Sejak dahulu, cara masyarakat Pesisir Selatan bersilaturahmi salah satunya dengan perlombaan selaju sampan.
Hal lain yang juga tak kalah menariknya adalah hadirnya banyak komunitas-komunitas di kota Padang yang membaur jadi satu dan mensukseskan acara ini, sebut saja MTMA-Padang, MARC, Cat Lover Padang, PadangVidGram, GadgetGrapher-Padang, dan masih banyak lagi. Ini adalah salah satu poin plus bagi saya karena komunitas-komunitas yang berbeda haluan ini bergabung untuk mensukseskan acara festival ini, makanya event ini gak ngebosenin. Gak sabar nunggu event selanjutnya.


Maelo Pukek
Lomba Maelo Pukek 
Maelo pukek dalam bahasa Indonesia berarti menarik jala. Maelo Pukek atau Menarik Jaring Ikan merupakan cara Tradisional Nelayan Masyarakat Ranah Minang kala menangkap ikan di pinggir laut atau pantai, yang mana butuh banyak orang untuk menarik Tali Jaring ke pinggir Pantai secara bergantian dangan sistem antri Manual. Memperjelas bahwa gotong royong merupakan ciri khas orang Indonesia.
Lomba Permainan Anak Nagari
  • Lomba Enggrang,
  • Lomba Sepak Rago
  • Tarompah Tampuruang
Pelaksanaan : 8- 9 September 2016 di Taman Muaro Lasak (Tugu Perdamaian).

Teh Taluanyo lamak mah sanak, kecek jurinyo ee.

Baa nyo sanak? Katuju mah ndak?

Lomba pun ndak hanyo lomba-lomba biaso sanak, disiko ado juo nan maadoan lomba mangocok teh talua, baa sanak? Nah wak samo-samo tahun bisuak kamari lai.

Legenda Siti Nurbaya yang mendunia

Basampan-sampan kito kasubarang
Tibo disubarang kito mandaki bukik
Bukiknyo tanamo dek urang Minang
Bukik banamo si Gunuang Padang

Si Gunuang Padang ado caritonyo
Oi sobaik cubo-cubolah kana
Caritonyo tanamo dek urang Minang
kaganti carito dimanyo barado

Siti Nurbaya nan dicaritokan
Disalo batu karang nyo dikubuakan
Dek ulah cinto Siti jadi cilako


Gunuang Padang nan ado caritonyo


(Gak perlu nyanyi juga bacanya gan. Hehe)

Legenda Siti Nurbaya tentu menjadi buah bibir yang tak akan punah. Bercerita tentang kisah cinta Siti Nurbaya dengan Syamsul Bahri yang dipisahkan oleh kelicikan Datuak Maringgih. Berakhir tidak membahagiakan dan tentu saja berbeda dengan cerita cinderella. Karena ini bumi minang.

Sekian tulisan saya kali ini, semoga kita dapat ketemu di event keren Kota Padang selanjutnya. Terima kasih sudah membaca, silahkan suka, komen, dan share tulisan ini ya sebanyak-banyaknya. 

***Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog Festival Siti Nurbaya 2016 ============================================================

Iko nyo sanak Website Resmi Festival Siti Nurbaya 2016 ko.
Kok sanak bakasan, malah dicigok juo Channel Youtube ambo sarato Follow Instagram ambo, mano tau awak sahobi mah.

============================================================

Website Resmi Festival Siti Nurbaya 2016.
Kalau kamu terkesan, ayo cek dan kalau bisa subscribe Channel Youtube saya serta Follow Instagram saya, mana tau kita sehobi gan.

4 komentar: