Selasa, 25 November 2014

Antara Aku dan Cemara


Aku masih menggantung harapan yang tak kunjung memunculkan bayang-bayang kejelasan. Ya, itu masih membayang dalam bekas penantian yang kau ciptakan. 

Dear someone in some place.
Harapan itu masih mendebu, namun itu masih nyata kusimpan sebagai penanda bahwa aku bukanlah seorang yang mudah bermain-main dengan perasaan. Meski berdebu, namun aku yakin itu semua akan menampakkan sisi baiknya kelak.

Dear someone in some place.
Di puncak cemara itu, aku masih menggantungkan beberapa harapan yang kuingin itu segera tercapai. Bukan seharusnya aku masih berharap pada kamu yang dulu mengisi hampanya ruang ini. Namun, aku hanya ingin kamu mengingat apa yang masih kurasakan hingga saat ini.

Dear someone in some place.
Harapan itu masih ada. Ini bukan hanya sekedar kata yang mudah kuucap ke semua orang. Aku masih menimang-nimang apa tujuan aku berkata seperti in, toh kamu udah ada yang punya kan. Jadi buat apa coba? Bukan itu yang kupikirkan. Namun ini lebih kepada, bagaimana aku-padamu.

Dear someone in some place.
Yang gak tau bakal ngebaca tulisan ini apa kagak. Tapi yang penting apa yang kutulis ini mungkin bukan apa-apa bagimu. Tapi, mungkin ini adalah segenap dari perasaan yang kupendam selama beberapa tahun belakangan ini. Semenjak kita masih saling bertemu 3 tahun yang lalu, hingga kini dimana ada banyak orang di luaran sana yang bisa ku lirik. Namun apa? Inilah kejadiannya. Bukan hanya modus semata, tapi ini yang nyata terjadi antara perasaan ini dan pohon cemara itu.

2 komentar:

  1. Masih bisa dikomen ngga nih?
    Kalo bisa dipublish berarti belum kadaluarsa.
    Btw iseng2 buka kan.
    Bagian terakhir itu anjay banget yaa?
    Tiga tahun! Gimana kalo empat tahun? Atau enam tahun baru bisa move on?
    Ahahaha-
    Abaikan komentar tak jelas ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. anjir tulisan jahiliyah dari mana ini, awak se baru ngeh pernah nulis soman ko. aduh. iko jauah bana scroll nyo *ngakak

      Hapus