Jumat, 08 Agustus 2014

Kabau Japang

Kabau Japang. Begitulah saya menyebut mesin ini. Ya, mungkin bukan saya saja yang berpikiran seperti ini, seorang sesepuh di kampung saya juga memiliki pola pikir yang sama.

Kabau Japang. Begitulah kami memulai percakapan.

"Jikok dahulu, nan namonyo basawah, banyak rang gaek nan mamaliharo kabau untuak mambajak sawah. Kok kini jarang urang nan mamaliharo kabau, kok nio mambajak yo tingga basewa si kabau japang." - "kalau dahulu, yang namanya bersawah, banyak orang tua yang memelihara kerbau untuk membajak sawah. Tapi sekarang jarang yang memelihara kerbau, kalau ingin membajak sawah cukup menyewa si Kabau Japang.." - orang tua disamping saya membuka obrolan.

Begitulah, jikalau dahulu petani ingin membajak sawah cukup memecut kerbau untuk bergerak. Memelihara kerbau bukan hanya untuk keperluan bertani, namun juga untuk tabungan jikalau ada anak gadis yang hendak dinikahkan.

Namun kini, perkembangan zaman atau modernisasi kata orang. Muncullah mesin-mesin yang menyerupai berbagai bentuk. Salah satunya ya ini, Kabau Japang atau dalam bahasa kerennya Traktor. Ya begitulah, kerbau sudah terganti dengan Kerbau Jepang.

Kalau dahulu daging kerbau nikmatnya tiada tara, karena setiap penyembelihan dipilihlah kerbau sehat yang rajin olahraga -membajak sawah-. Setiap kenduri pastilah ada makanan yang berbahan daging kerbau, nikmat dagingnya karena daging itu berolahraga setiap hari sehingga enak rasanya. Klio, Rendang, Anyang, Dendeng, nikmat pasti kalau dari daging kerbau.

Namun kini, daging kerbau tak lagi seenak dahulu. Banyak yang liek, tak lagi nyaman ketika di gigit, liek bak cando lintah. Begitulah, kerbau kini banyak istirahatnya dibanding olahraganya. Karena tugas membajak sawah sudah digantikan dengan si Kabau Japang.

--------
sebuah obrolan mengenai traktor ketika saya berduduk menjaga warung kopi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar