Senin, 05 Januari 2015

Aku pulang. Sampai Jumpa di Semester Depan.

Aku masih terdiam dalam lembaran kisah yang belum tahu akan berakhir dimana. Meninggal jejak dalam derai hujan yang tak tahu kapan akan berhenti. Jika kau berpikir, "Ah dia lagi galau, dan mungkin sedang menangis." Kau salah. Ini bukan salah satu sifatku untuk bercerita tentang galaunya perasaan. Tapi pernahkah kau berfikir, "Dia kenapa?" atau "Ada apa dengan dia?".













****

Ah anggap saja paragraf di atas hanya sebatas tulisan tanpa makna. Bukan sifatku untuk merefleksikan kekurangan. Mari kita sejenak berfikir tentang kecoa. Terlunta dalam kekotoran. Mungkin tak seorangpun yang suka dengan kecoa. Busuk. Mengganggu.

Begitu pula halnya dengan manusia yang bersifat kecoa. Saya tidak menyindir atau menghina, tapi bagaimanapun seseorang yang berperilaku baik di depan. Terserah memiliki sayap atau antena di kepalanya. Jika dia busuk di belakang dan pengecut, apalagi menebar virus aneh dan menjijikkan, percayalah, kau takkan lama hidup dalam bahagia.

****


Sejenak bungkus relaxa itu ku buang dalam keranjang sampah yang sudah mulai lusuh. Aku bukan penikmat permen. Sesuatu yang terlalu manis buatku bisa saja itu racun bagi kepalaku. Glukosa tinggi tak menentukan bahwa aku menyukainya. Bagiku, semua yang manis itu ada kadarnya. Mungkin karena kau tak terlalu manis, tapi bisa ku katakan manis sehingga musabab membawaku untuk ikhlas mengagumimu.

****

Sendal jepit itu masih membelanga di belakang pintu keluar kamar. Masih menunggu pemiliknya. Sabar ya, saya akan pulang. Dan tetaplah beristirahat dengan tenang selama satu bulan ini. Bukan apa-apa, di rumah, aku juga memiliki satu. Dan kau mungkin akan kuistirahatkan satu bulan ini. 

****



Ingatan indah kemarin masih melekat rekat dalam ingatan. Bagaimana ekspresi dosen itu masih jelas dalam rekam. Ya, bisa dikatakan ini langkah awal yang indah bagiku untuk berkecimpung dalam dunia ini. InsyaAllah.

****


Aku melirik mesra setumpukan kertas yang selama satu semester ini ku tulis dengan sepenuh hati -terkadang-. Aku mulai memikirkan untuk meminta pertolongan ke warung sebelah, siapa tahu ada kardus bekas yang bisa kugunakan untuk memuseumkan mereka. Ya, solusi bagus.

****

Aku melirik seru pada gantungan baju yang bertengger di dinding kamar. Mungkin aku bisa segera berkemas.

****

Aku pulang. Dan akan kembali semester depan.
Bismillahirrahmanirrahim.

Salam absurd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar